Pertarungan antara Pelita Bandung Raya (PBR) dan Persib yang bertajuk
Derby Bandung akan berlangsung akhir pekan ini, Minggu (27/4) di
stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.
Namun sebelum itu, sejenak kami akan membawa Anda ke belakang untuk
mengingat memori tentang apa saja yang pernah terjadi dalam persaingan
sesama tim kota Bandung ini.
Pada era perserikatan, Persib tidak punya rival sekota. Cita rasa
"derby" pernah mereka cicipi ketika berhadapan dengan tim Persikab
Kabupaten Bandung yang bisa dibilang beda satu kelas dibawah Maung
Bandung.
Sebelum pada akhirnya, Liga Indonesia (Ligina) dihelat untuk pertama
kalinya pada tahun 1994 dengan menggabungkan tim-tim dari Perserikatan
dan Galatama yang didalamnya ada nama Bandung Raya. Pada gelaran Ligina
edisi pertama, Pangeran Biru dan Maung Totol memulai tonggak sejarah
baru dengan menghadirkan derby di kota Bandung.
Namun, tidak seperti derby di negara-negara lain yang terkenal panas
dengan aroma persaingan yang sangat kental, derby kota kembang bisa
dibilang derby yang bersahabat. Tidak terlihat rivalitas yang berlebihan
dari kedua tim maupun dari para suporternya saat itu kala keduanya
bentrok dilapangan hijau.
Rekor pertemuan keduanya pun tidak terlalu mencolok. Dari lima kali
bertemu, empat laga berakhir dengan imbang, namun di tahun 1996, yang
merupakan musim kedua Ligina bergulir, Bandung Raya sukses mencuri
kemenangan 1-0 atas Persib. Satu-satunya gol dilaga itu dicetak oleh
Peri Sandria.
Kemenangan Bandung Raya kala itu disebut-sebut diluar skenario yang
sudah dirancang kedua tim. Indikasinya tidak lain adalah karena hubungan
kedekatan diantara manajer masing-masing tim. Dwi Koernianto yang kala
itu menjabat sebagai manajer Persib adalah saudara kandung dari manajer
Bandung Raya, Tri Goestoro.
Karena setiap bertemu, kedua tim kerap mencari aman. Hal itu
tergambar dari empat laga yang berakhir imbang dibarengi dengan
rendahnya animo dari penonton untuk hadir menyaksikan laga kedua tim.
Baru pada babak 12 besar Divisi Utama Ligina 1996/97, jumlah penonton
yang menyaksikan laga Maung Bandung dan Maung Totol ini tergolong lebih
banyak dari biasanya.
Setelah kompetisi Liga Indonesia 1996/97 berakhir, Bandung Raya
memutuskan untuk membubarkan diri dikarenakan masalah krisis keuangan
sehingga Persib dengan leluasa menguasai "pasar" di Jawa Barat. Nama
Bandung Raya muncul kembali pada tahun 2007 di Divisi Tiga zona Jawa
Barat dimana pada saat itu mereka gagal lolos ke tingkat Antarzona
se-Jawa.
Pada gelaran Indonesia Super League (ISL) musim 2011/12, Persib
mendapatkan kembali rival satu kota yaitu Pelita Jaya Jawa Barat yang
kala itu mengambil stadion Si Jalak Harupat sebagai homebase mereka.
Namun aroma derby tidak terlalu kuat karena Pelita Jaya pada saat itu
tidak punya akar yang kuat akibat sering berpindah kandang.
Baru pada tahun 2012, Ari Sutendi sebagai pemilik saham Bandung Raya
mengakuisisi seluruh saham Pelita Jaya FC dan mengganti namanya menjadi
Pelita Bandung Raya (PBR) yang bersama Persib menggunakan stadion
Siliwangi dan Si Jalak Harupat sebagai kandang mereka.
Selama ini, Persib berdiri pada posisi dominan yang berarti Persib
tidak mempunyai pesaing yang berarti di "pasar" bersangkutan dimana
tidak adanya tim yang bisa menggeser mereka sebagai tim terbaik di tanah
Pasundan. Namun jika terus menerus seperti itu, Maung Bandung tidak
akan bisa berkembang mengingat tidak adanya persaingan sebagai tolok
ukur menjadi tim terbaik.
Hukum persaingan pasar menyebutkan, persaingan yang dilakukan secara
terus-menerus untuk saling mengungguli membawa manusia menciptakan
hal-hal baru menuju arah yang semakin maju dari sebelumnya. Dan
kehadiran PBR menjadi salah satu kekuatan sepakbola di kota Bandung
harus benar-benar dijadikan Persib sebagai pemicu untuk terus bergerak
ke arah yang lebih baik dan akan lebih menghidupkan industri sepakbola
di Jawa Barat.
Persib yang selama ini seperti anti untuk menurunkan pemain mudanya
bermain dalam kompetisi resmi, PBR dengan jeli melihat hal itu. Ya,
memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk mendapatkan jam terbang
lebih yang selama ini ditanggalkan Persib.
Pemain-pemain muda macam Munadi, Jejen Zainal Abidin, Rendi Saputra,
Wildansyah, Dias Angga Putra dan lainnya yang tidak mendapatkan
kepercayaan dari Persib langsung kepincut ketika mereka mendapatkan
jaminan untuk bisa mengisi tim utama di PBR. Dan hasilnya luar biasa,
kualitas antara tim inti dan cadangan PBR tidak berbeda jauh.
Diaz Angga Putra lebih banyak dapat kesempatan bermain di PBR dibandingkan ketika masih membela Persib.
Saat berkostum Persib, para pemain yang disebutkan diatas
rata-rata bermain sebagai pemain pengganti di babak kedua itu pun jika
tim sudah dalam posisi menang. Bandingkan ketika mereka berseragam PBR,
beberapa diantaranya bermain sebagai starter bahkan ada yang bermain
penuh hingga pertandingan berakhir.
Bahkan Munadi, diawal bergabung bersama pasukan The Boys Are Back
sempat berkata ingin membuktikan jika pemain muda seperti dirinya bisa
bermain dengan bagus di pentas ISL. "Yang pasti, saya senang bisa
bergabung di sini. Saya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk tim.
Saya ingin buktikan kalau pemain muda bisa bermain bagus di ISL,"
tegasnya.
Hal itu berbeda dengan Persib yang selalu mengambil jalan instan
untuk bisa memenuhi target mereka setiap tahun yaitu juara, dengan cara
membeli para pemain berlabel bintang di Indonesia. Berbanding terbalik
dengan keinginan para loyalis Maung Bandung yang menginginkan manajemen
tim untuk lebih memprioritaskan pemain muda produk asli Jawa Barat.
Saat ini Maung Bandung memiliki beberapa pemain muda, diantaranya
adalah M. Natshir, M Agung Pribadi, Sigit Hermawan dan Rudiyana. Namun
mereka belum mendapatkan kepercayaan dari pelatih untuk memperkuat
Persib di laga resmi tim. Kecuali Rudiyana yang akhirnya diturunkan oleh
Djanur ketika bertandang ke stadion Tri Dharma, Gresik, itu pun masuk
sebagai pengganti Djibril Coulibaly dan dimasukan saat laga tinggal
tersisa tujuh menit dan Persib sudah unggul besar atas tuan rumah.
Dari sini bisa kita lihat bahwa memasukkan Rudiyana adalah bukan
faktor kepercayaan dari sang pelatih, namun hanya sebagai pengulur waktu
diakhir babak kedua dan untuk menjaga fisik pemain inti agar tidak
terlalu lelah dan bisa bugar untuk melakoni laga selanjutnya.
Pemain senior seperti Firman lebih banyak mendapatkan porsi bermain di Persib dibandingkan pemain muda yang saat ini dimiliki.
Sejak era merger, Persib dan Pelita Bandung Raya sudah tiga kali
bertemu dan hasilnya Persib sukses menuntaskan tiga pertemuan tersebut
dengan kemenangan. Yang terakhir adalah kala Persib harus bersusah payah
menaklukan Pelita Bandung Raya dalam laga Inter Island Cup Januari
silam.
Akhir pekan ini, keduanya akan kembali adu kekuatan dalam kompetisi
Indonesia Super League untuk membuktikan siapa tim terbaik di kota
kembang. Namun derby ini sepertinya dianggap bukan sebagai pertandingan
bigmatch seperti derby di negara lain pada umumnya yang menyedot animo
tinggi dari para suporternya.
Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang Bobotoh yang bernama
Irwan Ismail, dirinya dan rekan-rekannya sesama pendukung Persib memang
menantikan laga derby Kota Kembang ini, namun antusiasnya tidak sebesar
jika dibandingkan dengan laga-laga besar saat menghadapi Persija Jakarta
ataupun Arema Cronus.
“Saya cukup menantikan pertandingan Persib menghadapi PBR ini, tapi
pertandingan ini belum bisa dikatakan derby panas karena PBR adalah tim
yang baru berdiri, meskipun ada nama Bandung Raya-nya, tetap saja laga
ini seperti laga biasa. Tidak seperti saat melawan Persija dan Arema,”
ungkap Irwan.
Pria yang saat ini tengah mengelola salah satu distro Persib di
Bandung itu berharap Persib bisa memenangkan pertandingan untuk
memperkokoh posisi tim kebanggaan Jawa Barat itu di puncak klasemen.
“Saya harap Persib bisa memetik tiga poin pada pertandingan nanti
untuk memuluskan jalan mereka merebut tropi juara diakhir musim nanti,”
jelasnya.
Kehadiran PBR di dunia persepakbolaan Indonesia ternyata belum bisa
menggeser siapa yang menjadi tim terbaik di hadapan publik Bandung
khususnya Bobotoh. Hal senada pun disampaikan oleh pelatih Persib yang
menganggap laga menghadapi PBR tidak ubahnya sebagai laga biasa seperti
lawannya yang lain.
Pelatih kepala Persib Djajang Nurjaman mengaku tidak memiliki
persiapan khusus untuk menghadapi Pelita Bandung Raya. Menurutnya laga
akan berjalan seperti pertandingan lainnya. "Persiapan normal saja
seperti menjelang pertandingan lainnya. Tidak ada persiapan khusus,"
ujar Djajang.
Meski begitu, Djanur tetap mewaspadai kebangkitan dari tim asuhan
Dejan Antonic yang dalam tiga pertandingan terakhir mereka meraih hasil
kurang maksimal dan cukup merepotkan Persib dalam pertemuan terakhir
mereka.
"Kita lebih fokus pada tim sendiri. Kalaupun itu jadi catatan, saya
lebih memikirkan kebangkitan mereka. Siapa tahu mereka bisa berubah dan
mempunyai semangat lain bila bertemu Persib," ujar Djanur.
Namun Djanur sapaan akrab Djajang Nurjaman melihat PBR sebagai tim
yang tidak mudah dikalahkan. Disamping itu Djajang pun ingin meraih tiga
poin agar Persib bisa bertahan di puncak klasemen sementara ISL.
"Kita tahu PBR bukan lawan yang gampang untuk dikalahkan. Banyak
alasan untuk memenangkan pertandingan ini. Berkaca dari pertandingan
terakhir kami menang tipis. Tentu pertandingan ini harus dijalani dengan
kerja keras," ungkapnya.
Winger Maung Bandung, Atep menilai motivasi lawan saat berhadapan
dengan Persib selalu tinggi sehingga tak jarang skor selalu berakhir
dengan sedikit gol.
"Derby selalu berjalan panas. Motivasi lawan juga tinggi. Mereka
belajar mengenai strategi kita seperti saat bermain di IIC. Mereka
bertahan dan memberikan tekanan ketika kita melakukan kesalahan. Jadi
saya pikir pertandingan nanti skornya juga akan kembali tipis," ucap
pemain bernomor punggung tujuh ini.
Berbeda dengan Persib, di kubu lawan, Dejan Antonic menganggap laga
menghadapi Persib nanti adalah sebagai pertandingan yang spesial, maka
pelatih yang sempat membesut Arema Indonesia itu akan mempersiapkan
strategi khusus untuk meredam aksi impresif sang lawan dilapangan hijau.
"Tentu saja akan ada strategi khusus menghadapi Persib. Ini
pertandingan besar. Tentu saja kita akan siapkan sesuatu yang spesial
juga. Sekarang, kita harus beranjak menatap pertandingan melawan Persib.
Kita harus benar-benar mempersiapkan diri menjelang pertandingan ini,"
beber Dejan.
Selama ini, derby yang terjadi di kota Bandung belum menjadi
pertandingan yang bisa menyedot animo luar biasa dari publik Bandung
khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. Pertandingan ini sama seperti
laga lainnya yang dihadapi oleh kedua tim.
Namun pada dasarnya Persib tetap membutuhkan satu tim yang berasal
dari satu kota yang bisa menjadi pesaing mereka untuk menjadi tolok ukur
kekuatan tim Maung Bandung itu sendiri. Dan Pelita Bandung Raya
mempunyai potensi itu untuk menambah semarak persaingan di kota Bandung
sehingga industri sepakbola di Kota Kembang akan semakin berkembang ke
arah yang lebih baik.
Patut ditunggu siapa yang akan menjadi penguasa sepakbola Bandung.
Akan kita ketahui bersama hasilnya kala Pelita Bandung Raya menjamu
Persib Bandung di stadion Si Jalak Harupat, Minggu (27/4) nanti. (gk-52)