CATATAN: Persib Bandung Butuh Rival Lokal Kompetitif Seperti Pelita Bandung Raya

Sabtu, 26 April 2014

Persib butuh rival yang kuat di Bandung.

Pertarungan antara Pelita Bandung Raya (PBR) dan Persib yang bertajuk Derby Bandung akan berlangsung akhir pekan ini, Minggu (27/4) di stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.
Namun sebelum itu, sejenak kami akan membawa Anda ke belakang untuk mengingat memori tentang apa saja yang pernah terjadi dalam persaingan sesama tim kota Bandung ini.
Pada era perserikatan, Persib tidak punya rival sekota. Cita rasa "derby" pernah mereka cicipi ketika berhadapan dengan tim Persikab Kabupaten Bandung yang bisa dibilang beda satu kelas dibawah Maung Bandung.
Sebelum pada akhirnya, Liga Indonesia (Ligina) dihelat untuk pertama kalinya pada tahun 1994 dengan menggabungkan tim-tim dari Perserikatan dan Galatama yang didalamnya ada nama Bandung Raya. Pada gelaran Ligina edisi pertama, Pangeran Biru dan Maung Totol memulai tonggak sejarah baru dengan menghadirkan derby di kota Bandung.
Namun, tidak seperti derby di negara-negara lain yang terkenal panas dengan aroma persaingan yang sangat kental, derby kota kembang bisa dibilang derby yang bersahabat. Tidak terlihat rivalitas yang berlebihan dari kedua tim maupun dari para suporternya saat itu kala keduanya bentrok dilapangan hijau.
Rekor pertemuan keduanya pun tidak terlalu mencolok. Dari lima kali bertemu, empat laga berakhir dengan imbang, namun di tahun 1996, yang merupakan musim kedua Ligina bergulir, Bandung Raya sukses mencuri kemenangan 1-0 atas Persib. Satu-satunya gol dilaga itu dicetak oleh Peri Sandria.
Kemenangan Bandung Raya kala itu disebut-sebut diluar skenario yang sudah dirancang kedua tim. Indikasinya tidak lain adalah karena hubungan kedekatan diantara manajer masing-masing tim. Dwi Koernianto yang kala itu menjabat sebagai manajer Persib adalah saudara kandung dari manajer Bandung Raya, Tri Goestoro.
Karena setiap bertemu, kedua tim kerap mencari aman. Hal itu tergambar dari empat laga yang berakhir imbang dibarengi dengan rendahnya animo dari penonton untuk hadir menyaksikan laga kedua tim. Baru pada babak 12 besar Divisi Utama Ligina 1996/97, jumlah penonton yang menyaksikan laga Maung Bandung dan Maung Totol ini tergolong lebih banyak dari biasanya.
Setelah kompetisi Liga Indonesia 1996/97 berakhir, Bandung Raya memutuskan untuk membubarkan diri dikarenakan masalah krisis keuangan sehingga Persib dengan leluasa menguasai "pasar" di Jawa Barat. Nama Bandung Raya muncul kembali pada tahun 2007 di Divisi Tiga zona Jawa Barat dimana pada saat itu mereka gagal lolos ke tingkat Antarzona se-Jawa.
Pada gelaran Indonesia Super League (ISL) musim 2011/12, Persib mendapatkan kembali rival satu kota yaitu Pelita Jaya Jawa Barat yang kala itu mengambil stadion Si Jalak Harupat sebagai homebase mereka. Namun aroma derby tidak terlalu kuat karena Pelita Jaya pada saat itu tidak punya akar yang kuat akibat sering berpindah kandang.
Baru pada tahun 2012, Ari Sutendi sebagai pemilik saham Bandung Raya mengakuisisi seluruh saham Pelita Jaya FC dan mengganti namanya menjadi Pelita Bandung Raya (PBR) yang bersama Persib menggunakan stadion Siliwangi dan Si Jalak Harupat sebagai kandang mereka.
Selama ini, Persib berdiri pada posisi dominan yang berarti Persib tidak mempunyai pesaing yang berarti di "pasar" bersangkutan dimana tidak adanya tim yang bisa menggeser mereka sebagai tim terbaik di tanah Pasundan. Namun jika terus menerus seperti itu, Maung Bandung tidak akan bisa berkembang mengingat tidak adanya persaingan sebagai tolok ukur menjadi tim terbaik.
Hukum persaingan pasar menyebutkan, persaingan yang dilakukan secara terus-menerus untuk saling mengungguli membawa manusia menciptakan hal-hal baru menuju arah yang semakin maju dari sebelumnya. Dan kehadiran PBR menjadi salah satu kekuatan sepakbola di kota Bandung harus benar-benar dijadikan Persib sebagai pemicu untuk terus bergerak ke arah yang lebih baik dan akan lebih menghidupkan industri sepakbola di Jawa Barat.
Persib yang selama ini seperti anti untuk menurunkan pemain mudanya bermain dalam kompetisi resmi, PBR dengan jeli melihat hal itu. Ya, memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk mendapatkan jam terbang lebih yang selama ini ditanggalkan Persib.
Pemain-pemain muda macam Munadi, Jejen Zainal Abidin, Rendi Saputra, Wildansyah, Dias Angga Putra dan lainnya yang tidak mendapatkan kepercayaan dari Persib langsung kepincut ketika mereka mendapatkan jaminan untuk bisa mengisi tim utama di PBR. Dan hasilnya luar biasa, kualitas antara tim inti dan cadangan PBR tidak berbeda jauh.


Diaz Angga Putra lebih banyak dapat kesempatan bermain di PBR dibandingkan ketika masih membela Persib.

Saat berkostum Persib, para pemain yang disebutkan diatas rata-rata bermain sebagai pemain pengganti di babak kedua itu pun jika tim sudah dalam posisi menang. Bandingkan ketika mereka berseragam PBR, beberapa diantaranya bermain sebagai starter bahkan ada yang bermain penuh hingga pertandingan berakhir.
Bahkan Munadi, diawal bergabung bersama pasukan The Boys Are Back sempat berkata ingin membuktikan jika pemain muda seperti dirinya bisa bermain dengan bagus di pentas ISL. "Yang pasti, saya senang bisa bergabung di sini. Saya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk tim. Saya ingin buktikan kalau pemain muda bisa bermain bagus di ISL," tegasnya.
Hal itu berbeda dengan Persib yang selalu mengambil jalan instan untuk bisa memenuhi target mereka setiap tahun yaitu juara, dengan cara membeli para pemain berlabel bintang di Indonesia. Berbanding terbalik dengan keinginan para loyalis Maung Bandung yang menginginkan manajemen tim untuk lebih memprioritaskan pemain muda produk asli Jawa Barat.
Saat ini Maung Bandung memiliki beberapa pemain muda, diantaranya adalah M. Natshir, M Agung Pribadi, Sigit Hermawan dan Rudiyana. Namun mereka belum mendapatkan kepercayaan dari pelatih untuk memperkuat Persib di laga resmi tim. Kecuali Rudiyana yang akhirnya diturunkan oleh Djanur ketika bertandang ke stadion Tri Dharma, Gresik, itu pun masuk sebagai pengganti Djibril Coulibaly dan dimasukan saat laga tinggal tersisa tujuh menit dan Persib sudah unggul besar atas tuan rumah.
Dari sini bisa kita lihat bahwa memasukkan Rudiyana adalah bukan faktor kepercayaan dari sang pelatih, namun hanya sebagai pengulur waktu diakhir babak kedua dan untuk menjaga fisik pemain inti agar tidak terlalu lelah dan bisa bugar untuk melakoni laga selanjutnya.

Pemain senior seperti Firman lebih banyak mendapatkan porsi bermain di Persib dibandingkan pemain muda yang saat ini dimiliki.
Sejak era merger, Persib dan Pelita Bandung Raya sudah tiga kali bertemu dan hasilnya Persib sukses menuntaskan tiga pertemuan tersebut dengan kemenangan. Yang terakhir adalah kala Persib harus bersusah payah menaklukan Pelita Bandung Raya dalam laga Inter Island Cup Januari silam.
Akhir pekan ini, keduanya akan kembali adu kekuatan dalam kompetisi Indonesia Super League untuk membuktikan siapa tim terbaik di kota kembang. Namun derby ini sepertinya dianggap bukan sebagai pertandingan bigmatch seperti derby di negara lain pada umumnya yang menyedot animo tinggi dari para suporternya.
Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang Bobotoh yang bernama Irwan Ismail, dirinya dan rekan-rekannya sesama pendukung Persib memang menantikan laga derby Kota Kembang ini, namun antusiasnya tidak sebesar jika dibandingkan dengan laga-laga besar saat menghadapi Persija Jakarta ataupun Arema Cronus.
“Saya cukup menantikan pertandingan Persib menghadapi PBR ini, tapi pertandingan ini belum bisa dikatakan derby panas karena PBR adalah tim yang baru berdiri, meskipun ada nama Bandung Raya-nya, tetap saja laga ini seperti laga biasa. Tidak seperti saat melawan Persija dan Arema,” ungkap Irwan.
Pria yang saat ini tengah mengelola salah satu distro Persib di Bandung itu berharap Persib bisa memenangkan pertandingan untuk memperkokoh posisi tim kebanggaan Jawa Barat itu di puncak klasemen.
“Saya harap Persib bisa memetik tiga poin pada pertandingan nanti untuk memuluskan jalan mereka merebut tropi juara diakhir musim nanti,” jelasnya.
Kehadiran PBR di dunia persepakbolaan Indonesia ternyata belum bisa menggeser siapa yang menjadi tim terbaik di hadapan publik Bandung khususnya Bobotoh. Hal senada pun disampaikan oleh pelatih Persib yang menganggap laga menghadapi PBR tidak ubahnya sebagai laga biasa seperti lawannya yang lain.
Pelatih kepala Persib Djajang Nurjaman mengaku tidak memiliki persiapan khusus untuk menghadapi Pelita Bandung Raya. Menurutnya laga akan berjalan seperti pertandingan lainnya. "Persiapan normal saja seperti menjelang pertandingan lainnya. Tidak ada persiapan khusus," ujar Djajang.
Meski begitu, Djanur tetap mewaspadai kebangkitan dari tim asuhan Dejan Antonic yang dalam tiga pertandingan terakhir mereka meraih hasil kurang maksimal dan cukup merepotkan Persib dalam pertemuan terakhir mereka.
"Kita lebih fokus pada tim sendiri. Kalaupun itu jadi catatan, saya lebih memikirkan kebangkitan mereka. Siapa tahu mereka bisa berubah dan mempunyai semangat lain bila bertemu Persib," ujar Djanur.
Namun Djanur sapaan akrab Djajang Nurjaman melihat PBR sebagai tim yang tidak mudah dikalahkan. Disamping itu Djajang pun ingin meraih tiga poin agar Persib bisa bertahan di puncak klasemen sementara ISL.
"Kita tahu PBR bukan lawan yang gampang untuk dikalahkan. Banyak alasan untuk memenangkan pertandingan ini. Berkaca dari pertandingan terakhir kami menang tipis. Tentu pertandingan ini harus dijalani dengan kerja keras," ungkapnya.
Winger Maung Bandung, Atep menilai motivasi lawan saat berhadapan dengan Persib selalu tinggi sehingga tak jarang skor selalu berakhir dengan sedikit gol.
"Derby selalu berjalan panas. Motivasi lawan juga tinggi. Mereka belajar mengenai strategi kita seperti saat bermain di IIC. Mereka bertahan dan memberikan tekanan ketika kita melakukan kesalahan. Jadi saya pikir pertandingan nanti skornya juga akan kembali tipis," ucap pemain bernomor punggung tujuh ini.
Berbeda dengan Persib, di kubu lawan, Dejan Antonic menganggap laga menghadapi Persib nanti adalah sebagai pertandingan yang spesial, maka pelatih yang sempat membesut Arema Indonesia itu akan mempersiapkan strategi khusus untuk meredam aksi impresif sang lawan dilapangan hijau.
"Tentu saja akan ada strategi khusus menghadapi Persib. Ini pertandingan besar. Tentu saja kita akan siapkan sesuatu yang spesial juga. Sekarang, kita harus beranjak menatap pertandingan melawan Persib. Kita harus benar-benar mempersiapkan diri menjelang pertandingan ini," beber Dejan.
Selama ini, derby yang terjadi di kota Bandung belum menjadi pertandingan yang bisa menyedot animo luar biasa dari publik Bandung khususnya dan Jawa Barat pada umumnya. Pertandingan ini sama seperti laga lainnya yang dihadapi oleh kedua tim.
Namun pada dasarnya Persib tetap membutuhkan satu tim yang berasal dari satu kota yang bisa menjadi pesaing mereka untuk menjadi tolok ukur kekuatan tim Maung Bandung itu sendiri. Dan Pelita Bandung Raya mempunyai potensi itu untuk menambah semarak persaingan di kota Bandung sehingga industri sepakbola di Kota Kembang akan semakin berkembang ke arah yang lebih baik.
Patut ditunggu siapa yang akan menjadi penguasa sepakbola Bandung. Akan kita ketahui bersama hasilnya kala Pelita Bandung Raya menjamu Persib Bandung di stadion Si Jalak Harupat, Minggu (27/4) nanti. (gk-52)

0 komentar:

Posting Komentar