Hal itu mungkin tidak akan terjadi saat ini. Sebab, dengan kondisi saat ini membeli sarung tangan atau sepatu bola dapat ia dapatkan. Terutama untuk menopang penampilan bermainnya di bawah mistar.
"Pertama saya beli sarung tangan harganya Rp 200 ribu. Uang yang digunakan hasil menabung selama satu bulan. Itu saat di Purwakarta. Itu sudah hancur, tidak ada lagi sarung tangan pertamanya," kenang Shahar di mes PERSIB.
Tak hanya sarung tangan, kondisi ekonomi menjadi salah satu kendala Shahar pada waktu itu untuk membeli sepatu sepak bola.
Namun, ia bersyukur. Usaha kerasnya dulu kini bisa berbuah manis. Sebab, saat ini pemain kelahiran 4 November 1990 menjadi salah satu andalan pelatih Djadjang Nurdjaman dalam menjaga gawang Maung Bandung.
"Dulu itu terpaksa dilakukan karena saya ingin bermain bola. Tapi Saya bersyukur perjuangan ini berhasil dengan masuk ke PERSIB," bebernya. ***
0 komentar:
Posting Komentar